Pengalaman Singkat Mengikuti Shortcourse EESD di SEAQIS - Guru Kabel

Minggu, 19 Januari 2020

Pengalaman Singkat Mengikuti Shortcourse EESD di SEAQIS

SEKILAS TENTANG SEAQIS



SEAQIS (South Asean Ministry Organisation To Improve Quality Teacher and Educational Personel Program in Science) adalah Organisasi Kementerian Pendidikan Asia Tenggara untuk Program Peningkatan Kualitas Pembelajaran dalam bidang Sains beralamat di Bandung. Tepatnya di komplek PPPPTK IPA di Bandung, Jawa Barat.


Ada banyak program peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan lembaga internasional ini. Beberapa diantaranya adalah program pelatihan, workshop, Anugerah Ki Hajar Dewantara Award, seminar, reserach grants, bagi guru, kepala sekolah, pengawas, dan dosen di Perguruan Tinggi yang digelar secara rutin setiap tahunnya. 


Para peserta umumnya pendidik dari negara-negara Asia Tenggara yang menimba ilmu di SEAQIS selama kurang lebih 10-12 hari. Umumnya, peserta dari luar Indonesia merupakan perwakilan/utusan dari negara masing-masing. Sedangkan untuk peserta dari Indonesia merupakan peserta yang telah lulus administrasi dan  tes wawancara. Kalau lulus siap-siap saja membuat poster, paper tentang kegiatan environmental education yang sudah ada di sekolah/daerah anda.  Oh ya, karena levelnya Asia Tenggara dan para peserta datang dari berbagai negara ASEAN, penguasaan Bahasa Inggris mutlak diperlukan.

Berikut ini beberapa shortcourse/workshop/pelatihan regular yang sering tersedia di SEAQIS.

1. Earth and Space Science (ESS),
Training Course on Earth and Space Science ini bertujuan meningkatkan pemahaman konsep tentang Bumi dan Ruang Angkasa bagi para guru untuk meningkatkan pembelajaran bermakna bagi siswanya.
(source: seaqis websites)


2. Environmental Education for Sustainable Development (EESD),
Training Course on Environmental Education for Sustainable Development bertujuan untuk membuka wawasan guru tentang pendidikan yang berwawasan lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan. 


3. Science Classroom Supervision (SCS),
Training Course on Science Classroom Supervision ini bertujuan meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam membangun kualitas pendidikan bermutu yang berbasiskan manajemen berbasis sekolah (MBS) 


Untuk informasi selengkapnya maupun registrasi dapat dilihat pada link berikut ini.

Environmental Education for Sustainable Development (EESD) program experience

Program ini sangat cocok bagi sekolah yang memang berazzam ingin menjadi sekolah berbudaya lingkungan. Merubah mindset peserta agar lebih menghargai lingkungan hidup, menjaga alam karena alam yang ada sekarang merupakan asset bagi generasi setelah kita.

Kegiatan short course yang dilaksanakan dilakukan dengan sangat variatif. Para guru menimba ilmu tidak hanya di ruang kelas, tapi juga di lapangan. Di kelas para lectures dan praktisi ahli lingkungan dengan berbagai background didatangkan. Dosen ITB, IPB, Unpad, UPI, stakeholders kementerian pusat tentang LH, Direktur UNESCO, dan guru/kepsek pelopor sekolah adiwiyata tingkat Nasional maupun ASEAN.


Untuk kegiatan pada July 2018 selain belajar di markas SEAQIS kami juga dibawa ke Hutan Dago Pakar di Bandung melihat langsung keanekaragaman hayati yang ada di sana, mengunjungi Goa Jepang dan Belanda, serta melihat pusat cenderamata (craft) yang merupakan barang-barang unik multiguna yang diolah dari hutan tersebut oleh masyarakat setempat. Jadi adanya hutan Dago Pakar tidak hanya bermanfaat bagi para pengunjung tapi juga masyarakat sekitar yang ikut berkontribusi positif mencari kehidupan sambil menjaga kelestarian alamnya dengan kesadaran sendiri.

Untuk pelaksanaan di sekolah, kami dibawa ke Kota Bogor untuk mengunjungi SMK Wikrama Bogor. Sekolah vokasi ini merupakan sekolah adiwiyata mandiri yang telah berhasil di tingkat ASEAN. Padahal sekolah ini merupakan SMK dengan focus pada keuangan, perbankan, pariwisata, dan perhotelan. Gedung sekolah tidak menggunakan AC, tapi ventilasi udara langsung di dinding sekolah arah ke bawah. Sekolah ini menjadikan salah satu atap gedungnya sebagai area untuk pembibitan, berladang sayuran, dan mendaur ulang kertas. Kertas yang didaur ulang merupakan kertas ujian PAS siswa. Satu-satunya kertas yang mereka pakai setiap semester. Untuk kegiatan penilaian harian, PTS, siswa menjawab soal secara digital. Benar-benar konsep paperless. Mengingat RPP guru setebal bantal yang sering saya print di sekolah, saya langsung menghayal, ..kalau saja seluruh administrasi guru juga bisa dilaksanakan paperless seperti itu, betapa banyaknya pohon yang bisa dihemat dari pulau-pulau di Indonesia ini, hahah. Sekolah juga membuat Rumah Jamur yang memproduksi jamur tiram yang hasil produksinya tidak hanya dapat dikonsumsi warga sekolah tapi juga masyarakat sekitarnya. Para siswa mengembangkan jamur tiram menjadi bahan baku pembuattan bakso dan sate jamur yang benar-benar enak pisan! Inspiring banget!

Selain menambah ilmu, kegiatan short course ini juga menambah saudara, relasi, dan yang paling penting: merubah pola pikir kita tentang pentingnya menjaga kebersihan, kelestarian, dan keberlanjutan lingkungan hidup kita. Tidak nyampah sembarangan lagi meski hanya bungkus permen, puntung rokok, mengurangi sampah plastik dengan membawa botol minum dan tempat makan sendiri, mengapresiasi usaha pelestarian lingkungan yang sudah ada seperti penangkaran penyu, penjagaan hutan lindung, konservasi satwa endemic dan langka, serta memahami lingkaran rantai kehidupan di setiap ekosistem dengan baik.

Wawasan yang didapat tersebut sangat berguna sepulang dari pelatihan. Di kelas, PBM yang related dengan materi pelestarian lingkungan menjadi lebih semangat ngajarnya, full charge. Selain itu bisa juga diterapkan di ruang lingkup kecil (rumah dan kelas dengan zero waste (sampah diusahakan nol), membawa tumbler dan kotak makan siang sendiri, penanganan banjir yang beberapa kali sering menghantam sekolah kami juga Alhamdulillah dapat teralisasi. Saat itu kami bercerita tentang kejadian banjir (yang meskipun tidak terlalu tinggi) tapi karena ia berasal dari air buangan warga di sekitar sekolah, baunya sangat mengganggu dan dikhawatirkan dapat membawa kuman penyakit. Dalam sesi sharing empat mata dengan ibu Dr. Indrawati (Direktur SEAQIS saat itu), beliau menyarankan agar kepala sekolah melakukan komunikasi dengan Lurah dan masyarakat agar dibuat saluran pembuangan yang dapat mengalirkan air buangan warga ke tempat lain. Awal tahun ini saluran itu Alhamdulillah sudah dipindahkan ke samping sekolah sehingga bila curah hujan tinggi banjir tidak lagi terjadi. Dana yang digunakan merupakan dana Hibah dari pemerintah dan gotong-royong warga.

Salah satu impian yang belum tercapai adalah mendirikan Rumah Jamur di sekolah sendiri yang diproduksi dari limbah jerami yang didapat darai sekitar sekolah. Inginnya ada kerjasama dengan FAPERTA Unand, SEAMEO Biotrop, dan KLH Sumbar ataupun Padang. Mohon doanya agar bisa terwujud ya! Doakan juga agar sekolah kamai dapat mengikuti Sekolah Adiwiyata tingkat Provinsi tahun ini. Meskipun kita semua mafhum, program adiwiyata hanyalah sebuah puncak dari gunung es perjuangan panjang kita mengedukasi diri sendiri dan lingkungan kita tentang pentingya sustainable development yang berbasiskan environmental  education. Semoga.

Salam merdeka belajar
Salama Guru Kabel! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here