Salah satu materi yang dipelajari siswa kelas IV SD
Kurikulum 2013 adalah tentang pengolahan hasil bumi dan diagram alir sederhana
proses pengolahannya. Secara teori siswa telah mempelajari tentang tanaman
teh, perawatan serta pengolahannya. Namun mereka belum pernah melihat secara
langsung kebun dan pengolahan tanaman teh tersebut.
Untuk menyeimbangkan antara teori dan praktik, siswa dan
guru merencanakan pergi mengunjungi Kebun Teh Kayu Aro di Alahan Panjang,
Kabupaten Solok dan melihat langsung proses pengolahannya. Setelah diadakan
korespondensi melalui surat elektronik (e-mail) dan telfon, akhirnya disepakati
tanggal keberangkatan, biaya, dan teknis perjalanan. Hal ini dikomunikasikan
dengan sekolah dan orang tua siswa agar perjalanan berjalan lancar.
A. Mengenal PTPN VI Alahan
Panjang
PTPN VI Alahan Panjang atau
lebih dikenal dengan PTPN VI Kayu Aro merupakan sebuah BUMN dengan komposisi
bisnis 95 % bisnis kelapa sawit dan 5 % bisnis Teh. Areal perusahaan tersebar
di dua wilayah, yaitu di Provinsi Jambi dan Sumatera Barat.
PT Perkebunan Nusantara VI
adalah Perusahaan Agro Industri yang mengusahakan perkebunan dan pengolahan
hasil perkebunan kelapa sawit dan Teh. Arah pengembangan usaha saat ini
berkonsentrasi kepada kelapa sawit secara horizontal melalui perluasan areal
tanaman serta meningkatkan kapasitas terpasang pabrik pengolahan kelapa sawit
Pendirian PTP Nusantara
VI berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 1996 dan
pengesahan dengan Akta Notaris Harun Kamil SH, Nomor 39 tahun 1996 berkedudukan
Kantor Direksi di Padang yang telah diubah dengan Akte Notaris Sri Rahayu Hadi
Prasetyo, SH Jakarta Nomor 19 Tahun 2002 tanggal 30 September 2002 bahwa Kantor
Direksi berkedudukan di Jambi.
Sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2014 tentang Penambahan
Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke Dalam Modal Saham Perusahaan
Perseroan (Persero) PT PERKEBUNAN NUSANTARA III, maka Perusahaan didirikan
dengan modal saham yang 90% milik PT Perkebunan Nusantara III (Persero) dan 10%
milik Pemerintah.
B. Pengolahan Produk Teh
Pengolahan teh adalah metode yang
diterapkan pada pucuk daun teh (Camellia sinensis) yang melibatkan beberapa tahapan, termasuk
di antaranya pengeringan hingga penyeduhan teh. Jenis-jenis teh dibedakan
oleh pengolahan yang dilalui. Di dalam bentuknya yang paling umum, pengolahan
teh melibatkan oksidasi terhadap pucuk daun, penghentian oksidasi, pembentukan
teh dan pengeringan. Dari tahapan ini, derajat oksidasi memainkan peran penting
untuk menentukan rasa teh, dengan perawatan dan pemotongan pucuk daun
memengaruhi citarasa juga turut berperan meski cukup kecil.
Meskipun tiap-tiap jenis
teh memiliki rasa, aroma, dan wujud yang berbeda-beda, pengolahan teh untuk
semua jenis teh memiliki sekumpulan metode yang serupa dengan sedikit variasi:
1) Pemetikan: Daun teh, yakni
satu kuntum dan dua pucuk, dipetik dari semak Camellia sinensis dua kali setahun
pada permulaan musim semi dan musim panas atau penghujung musim
semi. Pemetikan pada musim gugur atau musim dingin jarang dilakukan,
meskipun bisa saja ketika musim memungkinkan. Pemetikan dilakukan dengan tangan
ketika kualitas teh menjadi prioritas, atau ketika biaya tenaga pekerja bukan
persoalan. Pemetikan dengan tangan dilakukan dengan cara menggenggam sejajar
dengan hentakan pergelangan tangan dan tanpa pemilinan atau penjepitan, karena
jika yang terakhir dilakukan akan menurunkan mutu daun. Pemetikan juga dapat
dilakukan dengan mesin, meski akan lebih banyak daun yang rusak dan sebagian
terbuang. Adalah juga sulit panen teh dengan mesin di lereng gunung di mana teh
sering ditanam.
2) Pelayuan: Dilakukan untuk
menghilangkan terbuangnya air dari daun dan memungkinkan oksidasi sesedikit
mungkin. Daun teh dapat dijemur atau ditiriskan di ruangan berangin lembut
untuk mengurangi kelembaban. Daun kadang-kadang kehilangan lebih dari
seperempat massanya akibat pelayuan.
3) Pememaran: Untuk mengajukan
dan mempercepat oksidasi, daun boleh dimemarkan dengan memberinya sedikit
tumbukan pada keranjang atau dengan digelindingkan dengan roda berat. Ini juga
menghasilkan sedikit jus, yang membantu oksidasi da memperbaiki citarasa teh.
4) Oksidasi: Untuk teh yang
memerlukan oksidasi, daun dibiarkan semula di ruangan tertutup di mana segera
mereka menjadi lebih gelap. DI dalam tahap ini klorofil pada daun dipecah
secara enzimatik, dan tanninnya dikeluarkan dan
dialihbentukkan. Di industri teh, proses ini disebut fermentasi, meski
sebenarnya tidak terjadi fermentasi karena proses oksidatif ini tidak
membangkitkan energi (langkah ini tidak juga dipicu oleh mikroorganisme; di
dalam langkah pengolahan teh lainnya--misalnya penyimpanan--mikroorganisme
dapat digunakan untuk fermentasi). Penghasil teh dapat memilih ketika oksidasi
harus dihentikan. Untuk teh oolong oksidasi harus
terjadi 5-40%, pada teh oolong yang lebih cerah 60-70%, dan pada teh hitam 100%.
5) Penghilangan-warna-hijau:
Istilah lainnya shāqīng (殺青) dilakukan untuk
menghentikan oksidasi daun teh pada jenjang
yang diharapkan. Tahapan ini di PTPN VI karena memproduksi teh hitam dilakukan
dengan cara pengeringan.
6) Penguningan: Khusus untuk teh kuning, dilanjutkan dengan
pemanasan ringan di dalam kontainer mini, warna teh berubah menguning.
7) Pembentukan:Tahap
berikutnya adalah penggulungan untuk mendapatkan bentuk lajur yang ergonomik.
Biasanya dilakukan dengan menempatkannya di dalam tas pakaian yang besar, yang
kemudian ditekan-tekan oleh tangan atau mesin untuk membentuk lajur. Tindakan
penggulungan ini juga menyebabkan beberapa pati dan jus dari dalam daun keluar,
ini akan memperkaya rasa teh. Lajur teh dapat dibentuk menjadi bentuk lain, misalnya
membentuk pola keriting, membentuk pelet, atau digulung serupa bola dan bentuk
lain yang diharapkan.
8) Pengeringan: Pengeringan
dilakukan sebagai "tahap akhir" menjelang penjualan. Ini dapat
dilakukan dengan banyak cara, misalnya dengan menggongseng, menjemur,
menghembuskan udara panas, atau memanggangnya. Namun, pemanggangan adalah yang
paling lazim. Pemeliharaan yang saksama mestilah dilakukan supaya pucuk daun
teh tidak terlampau kering, atau bahkan hangus.
9) Pemeliharaan: Meski tidak selalu
dilakukan, beberapa teh memerlukan penyimpanan ekstra, fermentasi tahap kedua,
atau pemanggangan untuk mencapai potensial minumannya. Juga, teh yang diberi
perisa dipabrikasi dengan menyemprotkan aroma dan rasa atau dengan menyimpannya
di lingkungan perisa.
10) Tanpa pengawasan suhu dan
kelembaban yang saksama selama pengolahan dan pabrikasi, jamur mungkin saja
tumbuh di atas teh. Jamur jenis ini menyebabkan fermentasi yang nyata yang akan
mencemari teh dengan zat racun dan kadang-kadang senyawa pemicu kanker dan
merusak rasa, yang pada akhirnya teh tidak lagi layak untuk dikonsumsi.
C. Benefit Kegiatan bagi Siswa
dan Sekolah
Dengan
melihat langsung perkebunan (pembibitan, pemupukan, dan perawatan), serta
pengolahan produk teh mulai dari pemetikan di kebun, pengolahaan di pabrik
(mulai dari pengeringan, pemotongan, penyaringan (filterisasi) sampai dengan
pengolahan di mesin hingga pengemasan / packing. Saat melihat langsung di dalam
pabrik, siswa juga melatih kemampuan berbahasanya dengan mewawancarai guide
yang telah disiapkan manajemen PTPN VI Alahan Panjang. Siswa dan
guru juga mengetahui diagram alir proses produksi dan pemasaran teh Kayu Aro ke
Eropa, Asia Timur, dan Timur Tengah. Teh Kayu Aro merupakan salah satu teh
terbaik di dunia dan dihargai sangat mahal perkilogram kemasannya. Benar-benar
pengalaman berkesan dan bermanfaat bagi siswa dan gurunya.
Dokumentasi:
Foto: dokumentasi pribadi 2018
Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengolahan_teh
https://id.wikipedia.org/wiki/Perkebunan_Nusantara_VI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar